Meski saat ini Indonesia baru mampu menguasai aplikasi satelit navigasi, tapi tidak menutup kemungkinan ke depan SDM tanah air mampuh mengembangkan sistem aplikasi satelit navigasi secara mandiri.
"Kita baru menguasai aspek aplikasi satelit navigasi," kata Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) Thomas Djamaluddin. Pernyataan ini disampaikan pada pembukaan pelatihan internasional tentang sistem satelit navigasi global (Global Navigation Satellite System/GNSS) di Jakarta, Selasa 26 Agustus 2014.
Thomas mengatakan, pengembangan satelit di Indonesia fokus pada sistem satelit penginderaan jauh dan satelit komunikasi. Hal itu sesuai dengan rencana dan strategi Lapan hingga tahun 2019.
"Kemungkinan setelah 2019 kita akan kembangkan sistem navigasi ini," kata Thomas.
Lebih lanjut dia mengatakan, sistem GNSS sudah lama digunakan untuk navigasi misalnya Amerika dengan sistem GPS, Eropa dengan sistem yang dinamakan Galileo, dan Tiongkok dengan Baidu.
Saat ini Indonesia belum menjadi anggota penuh dari organisasi keantariksaan Asia Pasifik (Asia Pasific Space Cooperation organization/APSCO) tapi baru sebagai negara penandatangan.
Pelatihan internasional yang digelar APSCO untuk pertama kalinya di Jakarta itu diikuti perwakilan dari negara anggota APSCO yaitu Bangladesh, Tiongkok, Iran, Mongolia, Pakistan, Peru, Italia, Turki, dan Indonesia.
Menurut Thomas, pelatihan tersebut sangat penting untuk meningkatkan kapasitas sumberdaya manusia masing-masing negara anggota APSCO di bidang teknologi sistem navigasi dan pemanfaatannya.
Sumber : Antaranews.com
Wednesday, August 27, 2014
Tuesday, August 26, 2014
NASA Adakan Kontes Desain Balon Udara Raksasa Untuk Eksplorasi Luar Angkasa
NASA berencana untuk membuat balon udara raksasa untuk keperluan eksplorasi luar angkasa. Ide baru yang cukup radikal ini dilatar belakangi oleh mahalnya biaya peluncuran satelit yang selama ini dilakukan oleh NASA.
Rancananya Balon udara raksasa ini akan dilengkapi dengan panel surya sebagai sumber energi utama, balon udara ini akan berfungsi sebagai sarana penunjang sistem telekomunikasi. Bahkan, NASA menambahkan jika balon udara dapat dijadikan tempat eksperimen dan teleskop luar angkasa, Daily Mail (26/08).
NASA akan mengadakan sebuah kontes untuk mendapatkan desain terbaik dari sebuah balon udara yang nantinya akan mengorbit di lapisan stratosfer bumi sekitar 20 kilometer di atas permukaan air laut. Salah satu aspek penting yang harus dipenuhi dalam kontes desain ini adalah kemampuan balon untuk membawa logistik dalam jumlah besar. NASA sendiri telah mempersiapkan sekitar Rp 47 miliar untuk meluncurkan balon udara tersebut tahun depan.
NASA berpendapat penggunaan balon udara dianggap jauh lebih murah ketimbang misi peluncuran satelit yang kerap menghabiskan dana hingga ratusan miliar rupiah. Balon udara juga dapat bermanuver dengan mudah untuk menemukan posisi terbaik guna melakukan observasi, baik pengamatan angkasa atau bumi dalam jangka waktu tahunan.
Perusahaan-perusahaan telekomunikasi dapat memanfaatkan balon udara tersebut untuk menyediakan layanan jaringan seluler dengan kualitas prima. Daerah-daerah terpencil dan terisolasi pun akan dapat menikmati akses internet berkat balon udara NASA.
Sumber : Daily Mail, Merdeka.com
Rancananya Balon udara raksasa ini akan dilengkapi dengan panel surya sebagai sumber energi utama, balon udara ini akan berfungsi sebagai sarana penunjang sistem telekomunikasi. Bahkan, NASA menambahkan jika balon udara dapat dijadikan tempat eksperimen dan teleskop luar angkasa, Daily Mail (26/08).
NASA akan mengadakan sebuah kontes untuk mendapatkan desain terbaik dari sebuah balon udara yang nantinya akan mengorbit di lapisan stratosfer bumi sekitar 20 kilometer di atas permukaan air laut. Salah satu aspek penting yang harus dipenuhi dalam kontes desain ini adalah kemampuan balon untuk membawa logistik dalam jumlah besar. NASA sendiri telah mempersiapkan sekitar Rp 47 miliar untuk meluncurkan balon udara tersebut tahun depan.
NASA berpendapat penggunaan balon udara dianggap jauh lebih murah ketimbang misi peluncuran satelit yang kerap menghabiskan dana hingga ratusan miliar rupiah. Balon udara juga dapat bermanuver dengan mudah untuk menemukan posisi terbaik guna melakukan observasi, baik pengamatan angkasa atau bumi dalam jangka waktu tahunan.
Perusahaan-perusahaan telekomunikasi dapat memanfaatkan balon udara tersebut untuk menyediakan layanan jaringan seluler dengan kualitas prima. Daerah-daerah terpencil dan terisolasi pun akan dapat menikmati akses internet berkat balon udara NASA.
Sumber : Daily Mail, Merdeka.com
Monday, August 25, 2014
Hitchbot : Robot Pengembara Asal Kanada
Hitchbot adalah robot kecil dengan sepatu bot warna-warni. Ia berkelana dengan cara menumpang pada kendaraan lain untuk menjelajahi seluruh Kanada selama tiga pekan. Dari Halifax di pantai Timur ke Victoria di pantai Barat. Sekarang ia sampai di tujuannya.
Berkelana di Kanada dengan Menumpang
Badan Hitchbot hanya terdiri dari sebuah ember. Tangan dan kakinya terbuat dari 'water noodle' yang biasa digunakan untuk mengapung di kolam renang, dan di ujungnya menggantung dua sepatu bot karet warna-warni. Hitchbot nampaknya sosok paling aneh dalam lalu lintas Kanada. Dengan jempol yang diacungkan ke atas, ia menunggu di tepi jalan sampai ada yang mau membawanya. Tujuannya: melintasi Kanada.
Orang Tua Yang Bangga
Pakar ilmu komunikasi Frauke Zeller dan koleganya David Smith dari Ryerson University Toronto membuat Hitchbot. Dengan proyek penelitian ini mereka ingin mencari tahu, apakah robot bisa percaya kepada manusia. Hitchbot dilengkapi dengan kamera serta mikrofon, dan bisa mengenali bahasa serta gerakan. Tetapi untuk transportasi ia tergantung pada manusia.
Dari Pantai ke Pantai
Tanggal 27 Juli, Hitchbot memulai perjalanannya di Halifax di tepi pantai Timur. Untuk sampai ke tujuan di pantai Barat ia mengadakan perjalanan sepanjang 6.000 km, dan perjalanan selama tiga pekan. Itu jauh lebih cepat dari rencana semula. Sebelum tiba di pesta penyambutannya di Victoria, Hitchbot juga berkunjung ke Seattle dan beberapa suku Indian di provinsi British Columbia.
Tidak Pernah Sendirian
Nama Hitchbot berasal dari kata bahasa Inggris 'hitchhiking', yang artinya membonceng. Perjalanannya dilakukan dengan 18 kali membonceng orang berbeda. Tetapi ia tidak selalu berada di jalanan...
Pendamping Sopir dan Tamu Yang Disenangi
Dalam perjalanannya, robot kecil itu juga mendapat banyak undangan untuk datang ke pesta serta acara TV, dan ia tidak bisa hadir ke semua undangan. Tetapi ia ikut seorang sopirnya ke beberapa acara, misalnya ke pesta pernikahan di British Columbia, juga ke sebuah upacara suku Indian Wikwemikong.
Saudara untuk Hitchbot?
Perjalanan Hitchbot sudah berakhir, tapi hanya untuk sementara! Peneliti dari banyak negara sudah mengajukan permintaan agar Hitchbot juga mengadakan perjalanan di negara mereka. Apakah robot kecil itu akan mengadakan perjalanan lagi, atau mungkin mendapat adik, masih dipikirkan peneliti. Yang jelas: proyek akan diteruskan.
Sumber : dw.de
Berkelana di Kanada dengan Menumpang
Badan Hitchbot hanya terdiri dari sebuah ember. Tangan dan kakinya terbuat dari 'water noodle' yang biasa digunakan untuk mengapung di kolam renang, dan di ujungnya menggantung dua sepatu bot karet warna-warni. Hitchbot nampaknya sosok paling aneh dalam lalu lintas Kanada. Dengan jempol yang diacungkan ke atas, ia menunggu di tepi jalan sampai ada yang mau membawanya. Tujuannya: melintasi Kanada.
Orang Tua Yang Bangga
Pakar ilmu komunikasi Frauke Zeller dan koleganya David Smith dari Ryerson University Toronto membuat Hitchbot. Dengan proyek penelitian ini mereka ingin mencari tahu, apakah robot bisa percaya kepada manusia. Hitchbot dilengkapi dengan kamera serta mikrofon, dan bisa mengenali bahasa serta gerakan. Tetapi untuk transportasi ia tergantung pada manusia.
Dari Pantai ke Pantai
Tanggal 27 Juli, Hitchbot memulai perjalanannya di Halifax di tepi pantai Timur. Untuk sampai ke tujuan di pantai Barat ia mengadakan perjalanan sepanjang 6.000 km, dan perjalanan selama tiga pekan. Itu jauh lebih cepat dari rencana semula. Sebelum tiba di pesta penyambutannya di Victoria, Hitchbot juga berkunjung ke Seattle dan beberapa suku Indian di provinsi British Columbia.
Tidak Pernah Sendirian
Nama Hitchbot berasal dari kata bahasa Inggris 'hitchhiking', yang artinya membonceng. Perjalanannya dilakukan dengan 18 kali membonceng orang berbeda. Tetapi ia tidak selalu berada di jalanan...
Pendamping Sopir dan Tamu Yang Disenangi
Dalam perjalanannya, robot kecil itu juga mendapat banyak undangan untuk datang ke pesta serta acara TV, dan ia tidak bisa hadir ke semua undangan. Tetapi ia ikut seorang sopirnya ke beberapa acara, misalnya ke pesta pernikahan di British Columbia, juga ke sebuah upacara suku Indian Wikwemikong.
Saudara untuk Hitchbot?
Perjalanan Hitchbot sudah berakhir, tapi hanya untuk sementara! Peneliti dari banyak negara sudah mengajukan permintaan agar Hitchbot juga mengadakan perjalanan di negara mereka. Apakah robot kecil itu akan mengadakan perjalanan lagi, atau mungkin mendapat adik, masih dipikirkan peneliti. Yang jelas: proyek akan diteruskan.
Sumber : dw.de
Teknologi Sistem Peringatan Dini Indonesia Unggul di ASEAN
Indonesia menjadi tuan rumah sekaligus pembicara utama dalam ASEAN Science and Technology Week (ASTW) ke-9 di Kota Bogor, Jawa Barat.
Kondisi Geografis Indonesia yang berada pada "ring of fire" memaksa Negara ini untuk menata dan mempersiapkan segala kemungkinan bencana alam yang akan terjadi. Teknologi sistem peringatan dini menjadi tumpuan Indonesia dalam mengatasi gejala alam penyebab bencana yang kerap kali terjadi.
Dari latar belakang kondisi geografis ini akhirnya menghasilkan teknologi-teknologi peringatan dini karya anak bangsa. "Yang paling membanggakan dalam pertemuan ASTW ke-9 ini, Indonesia menjadi pembicara utama untuk sistem peringatan dini serta open source software," kata Menteri Riset dan Teknologi, Gusti Muhammad Hatta, saat menghadiri Pekan Kementerian Riset dan Teknologi ASEAN.
Teknologi sistem peringatan dini Indonesia lebih unggul dari negara-negara ASEAN, hal ini dibuktikan dengan tampilnya Indonesia sebagai pembicara utama dalam ASTW ke-9 di Kota Bogor.
"Yang harus kita lakukan adalah bagaimana seminimal mungkin mengurangi jatuhnya korban, maka dari itu sistem peringatan dini harus terus ditingkatkan dan dikembangkan. Tidak hanya untuk gempa bumi, dan Tsunami, juga gunung meletus," kata Menteri.
Menurut Menteri, dalam riset dan teknologi masyarakat ekonomi ASEAN adalah sesuatu yang harus siap dihadapi sehingga wajar kiranya ilmu dan teknologi harus dikembangkan.
"Karena dengan riset dan teknologi bisa meningkatkan produk-produk lokal kita menjadi nilai tambah dalam menghadapi masyarakat ekonomi ASEAN ini," kata Menteri.
Pekan Kementerian Riset dan Teknologi ASEAN berlangsung selama 10 hari diikuti oleh 780 peserta dari negara-negara angota ASEAN seperti Indonesia, Malayasia, Singapur, Brunai Darussalam, Vietnam, Thailand, dan Filiphina.
Asisten Deputi (Asdep) Jaringan Iptek Internasional Kementerian Riset dan Teknologi (Kemristek), Nada Marsudi, menjelaskan latar belakang diadakan acara ASTW salah satu alasannya, karena Masyarakat Ekonomi ASEAN yang segera berlaku tahun 2015.
Selain juga berpegang dengan tiga pilar kerja sama ASEAN yakni keamanan, politik, ekonomi, dan budaya.
"Kebetulan Iptek masuknya ke dalam pilar ekonomi dan budaya ASEAN," kata Nada.
Ia menambahkan, ASTW ke-9 digelar di Bogor, Jawa Barat, berlangsung sejak 18 hingga 27 Agustus 2014 yang masih menjadi bagian dari rangkaian perayaan Hari Kebangkitan Teknologi Nasional yang diperingati setiap 10 Agustus.
Dalam kegiatan tersebut terdapat 15 rangkaian antivitas, dimulai dari 4th ASEAN Science Congress and Conference (18-19 Agustus), tiga ASEAN Flagships Workshops (OSS, EWS-DRR, Biofuel) pada 20 Agustus, South East Asia-Europe Union (EU)-NET Bibliometrics WS (20 Agustus), dan Sustain EU-ASEAN Environment Research (20 Agustus).
Selain itu ada pertemuan ABAPAST, ABASF, dan INASAT pada 21 Agustus yang dilanjutkan dengan The 68th ASEAN COST Meeting pada 22 Agustus. Pertemuan lain yakni ASEAN COST+ Dialogue Partners (23--24 Agustus), ASEAN STI Exhibition (22-25 Agustus), 8 Informal ASEAN Ministerial Meeting on S&T (8IAMMST) pada 25 Agustus, dan ASEAN ST Awards pada acara Ministerial Gala Dinner.
Menurut Nada, pertemuan hari menjadi spesial karena Indonesia tampil sebagai pembicara utama tentang sistem peringatan dini.
"Sistem peringatan dini Indonesia dinilai lebih unggul karena belajar dari pengalama kita menangani bencana gempa dan Tsunami di Aceh. Ini menjadi bencana terbesar di ASEAN," kata Nada.
Sumber : antaranews.com
Sistem-Peringatan-Tsunami | foto : portalkbr.com |
Kondisi Geografis Indonesia yang berada pada "ring of fire" memaksa Negara ini untuk menata dan mempersiapkan segala kemungkinan bencana alam yang akan terjadi. Teknologi sistem peringatan dini menjadi tumpuan Indonesia dalam mengatasi gejala alam penyebab bencana yang kerap kali terjadi.
Dari latar belakang kondisi geografis ini akhirnya menghasilkan teknologi-teknologi peringatan dini karya anak bangsa. "Yang paling membanggakan dalam pertemuan ASTW ke-9 ini, Indonesia menjadi pembicara utama untuk sistem peringatan dini serta open source software," kata Menteri Riset dan Teknologi, Gusti Muhammad Hatta, saat menghadiri Pekan Kementerian Riset dan Teknologi ASEAN.
Teknologi sistem peringatan dini Indonesia lebih unggul dari negara-negara ASEAN, hal ini dibuktikan dengan tampilnya Indonesia sebagai pembicara utama dalam ASTW ke-9 di Kota Bogor.
"Yang harus kita lakukan adalah bagaimana seminimal mungkin mengurangi jatuhnya korban, maka dari itu sistem peringatan dini harus terus ditingkatkan dan dikembangkan. Tidak hanya untuk gempa bumi, dan Tsunami, juga gunung meletus," kata Menteri.
Menurut Menteri, dalam riset dan teknologi masyarakat ekonomi ASEAN adalah sesuatu yang harus siap dihadapi sehingga wajar kiranya ilmu dan teknologi harus dikembangkan.
"Karena dengan riset dan teknologi bisa meningkatkan produk-produk lokal kita menjadi nilai tambah dalam menghadapi masyarakat ekonomi ASEAN ini," kata Menteri.
Pekan Kementerian Riset dan Teknologi ASEAN berlangsung selama 10 hari diikuti oleh 780 peserta dari negara-negara angota ASEAN seperti Indonesia, Malayasia, Singapur, Brunai Darussalam, Vietnam, Thailand, dan Filiphina.
Asisten Deputi (Asdep) Jaringan Iptek Internasional Kementerian Riset dan Teknologi (Kemristek), Nada Marsudi, menjelaskan latar belakang diadakan acara ASTW salah satu alasannya, karena Masyarakat Ekonomi ASEAN yang segera berlaku tahun 2015.
Selain juga berpegang dengan tiga pilar kerja sama ASEAN yakni keamanan, politik, ekonomi, dan budaya.
"Kebetulan Iptek masuknya ke dalam pilar ekonomi dan budaya ASEAN," kata Nada.
Ia menambahkan, ASTW ke-9 digelar di Bogor, Jawa Barat, berlangsung sejak 18 hingga 27 Agustus 2014 yang masih menjadi bagian dari rangkaian perayaan Hari Kebangkitan Teknologi Nasional yang diperingati setiap 10 Agustus.
Dalam kegiatan tersebut terdapat 15 rangkaian antivitas, dimulai dari 4th ASEAN Science Congress and Conference (18-19 Agustus), tiga ASEAN Flagships Workshops (OSS, EWS-DRR, Biofuel) pada 20 Agustus, South East Asia-Europe Union (EU)-NET Bibliometrics WS (20 Agustus), dan Sustain EU-ASEAN Environment Research (20 Agustus).
Selain itu ada pertemuan ABAPAST, ABASF, dan INASAT pada 21 Agustus yang dilanjutkan dengan The 68th ASEAN COST Meeting pada 22 Agustus. Pertemuan lain yakni ASEAN COST+ Dialogue Partners (23--24 Agustus), ASEAN STI Exhibition (22-25 Agustus), 8 Informal ASEAN Ministerial Meeting on S&T (8IAMMST) pada 25 Agustus, dan ASEAN ST Awards pada acara Ministerial Gala Dinner.
Menurut Nada, pertemuan hari menjadi spesial karena Indonesia tampil sebagai pembicara utama tentang sistem peringatan dini.
"Sistem peringatan dini Indonesia dinilai lebih unggul karena belajar dari pengalama kita menangani bencana gempa dan Tsunami di Aceh. Ini menjadi bencana terbesar di ASEAN," kata Nada.
Sumber : antaranews.com
Subscribe to:
Posts (Atom)